Salah
satu potensi wisata religi yang terdapat didesa Banaran, Banyuputih, Batang
adalah petilasan atau peninggalan bersejarah berupa makam milik K.H Abdus Syakur.
Tempat pemakaman tersebut terletak didalam Masjid Jami’ Baitul Mutaqin. Tidak
susah untuk menemukan makam Beliau, karena letaknya yang strategis dan berada
didekat pertigaan Jalan raya Banaran – Limpung yang membutuhkan waktu kurang
lebih sekitar lima menit dari Jalur Utama Pantura.
K.H
Abdus Syakur merupakan tokoh pemuka agama Islam pertama ditanah desa Banaran.
Beliau membawa agama Islam pertama kali pada sekitar tahun 1880, dengan
mengajarkan kesebelas anaknya belajar agama Islam. Sebelum K.H Abdus Syakur
mengenalkan agama Islam didesa Banaran, mayoritas penduduk desa Banaran tidak
memahami agama secara baik dan benar. Sehingga, K.H Abdus Syakur terketuk hatinya untuk mewarisi pengetahuan
tentang agama Islam kepada anak-anaknya terlebih dahulu. Selanjutnya ajaran
yang mereka terima dari Ayah mereka (K.H Abdus Syakur) disebarluaskan kepada
penduduk sekitar desa Banaran dengan menambah unsur kependidikan dalam setiap
ajarannya. Tak hanya mengajarkan agama islam, K.H Abdus Syakir juga membangun
masjid untuk beribadah sholat lima waktu bagi keluarganya dengan mewakafkan
sepertiga tanahnya untuk pembangunan Masjid yang sudah dirombak total pada
tahun 2004 Masjid itu dikenal dengan Masjid Jami’ Baitul Mutaqin.
Babad
singkat cerita K.H Abdus Syakur, dahulu Beliau adalah santri disalah satu
pondok diKaliwungu kemudian kembali kedesa Banaran untuk berbagi ilmu yang
Beliau miliki. Sesudah itu, Beliau membangun Masjid untuk beribadah Beliau dan
keluarganya didekat rumah mereka, dan menjadi tempat anak-anak Beliau belajar
ilmu mengenai Agama. Selanjutanya, Beliau menunaikan Rukun Iman yang kelima;
Haji menggunakan kapal dengan estimasi waktu perjalanan sekitar 5 – 6 bulan
lamanya. Setelah Beliau pulang dari menunaikan Haji diMekah, beliau kembali
membimbing anak-anak untuk mengetahui agama Islam secara lebih dalam. Hingga
pada ssuatu malam, K.H Abdus Syakur memerintahkan seluruh keluarganya yang
terdiri dari anak dan kedua istrinya untuk menginap semalam di Masjid yang
telah K.H Abdus Syakur bangun sebelumnya. Atas titah dari K.H Abdus Syakur,
semua keluarga menginap didalam Masjid menggunakan tikar yang mereka bawa dari
rumah.
Keesokkan
harinya, pada hari Sabtu Pahing 17 Safar 1944 M. pada saat jam 11, anak tertua
dari K.H Abdus Syakur menemukan Beliau sudah tidak menghembuskan napas saat
ingin melakukan kegiatan bersuci; wudhu. Atas pertimbangan dari keluarga
Beliau, para keturunan Beliau memutuskan untuk memakamkan Beliau didalam Masjid
Jami’ Baitul Mutaqin, dan makamkan disebelah kiri tempat imam menunaikan ibadah
sholat wajib.
0 komentar:
Posting Komentar