Kamis, 24 November 2016

Petilasan K.H Abdus Syakur

                Salah satu potensi wisata religi yang terdapat didesa Banaran, Banyuputih, Batang adalah petilasan atau peninggalan bersejarah berupa makam milik K.H Abdus Syakur. Tempat pemakaman tersebut terletak didalam Masjid Jami’ Baitul Mutaqin. Tidak susah untuk menemukan makam Beliau, karena letaknya yang strategis dan berada didekat pertigaan Jalan raya Banaran – Limpung yang membutuhkan waktu kurang lebih sekitar lima menit dari Jalur Utama Pantura.

                K.H Abdus Syakur merupakan tokoh pemuka agama Islam pertama ditanah desa Banaran. Beliau membawa agama Islam pertama kali pada sekitar tahun 1880, dengan mengajarkan kesebelas anaknya belajar agama Islam. Sebelum K.H Abdus Syakur mengenalkan agama Islam didesa Banaran, mayoritas penduduk desa Banaran tidak memahami agama secara baik dan benar. Sehingga, K.H Abdus Syakur  terketuk hatinya untuk mewarisi pengetahuan tentang agama Islam kepada anak-anaknya terlebih dahulu. Selanjutnya ajaran yang mereka terima dari Ayah mereka (K.H Abdus Syakur) disebarluaskan kepada penduduk sekitar desa Banaran dengan menambah unsur kependidikan dalam setiap ajarannya. Tak hanya mengajarkan agama islam, K.H Abdus Syakir juga membangun masjid untuk beribadah sholat lima waktu bagi keluarganya dengan mewakafkan sepertiga tanahnya untuk pembangunan Masjid yang sudah dirombak total pada tahun 2004 Masjid itu dikenal dengan Masjid Jami’ Baitul Mutaqin.

                Babad singkat cerita K.H Abdus Syakur, dahulu Beliau adalah santri disalah satu pondok diKaliwungu kemudian kembali kedesa Banaran untuk berbagi ilmu yang Beliau miliki. Sesudah itu, Beliau membangun Masjid untuk beribadah Beliau dan keluarganya didekat rumah mereka, dan menjadi tempat anak-anak Beliau belajar ilmu mengenai Agama. Selanjutanya, Beliau menunaikan Rukun Iman yang kelima; Haji menggunakan kapal dengan estimasi waktu perjalanan sekitar 5 – 6 bulan lamanya. Setelah Beliau pulang dari menunaikan Haji diMekah, beliau kembali membimbing anak-anak untuk mengetahui agama Islam secara lebih dalam. Hingga pada ssuatu malam, K.H Abdus Syakur memerintahkan seluruh keluarganya yang terdiri dari anak dan kedua istrinya untuk menginap semalam di Masjid yang telah K.H Abdus Syakur bangun sebelumnya. Atas titah dari K.H Abdus Syakur, semua keluarga menginap didalam Masjid menggunakan tikar yang mereka bawa dari rumah.


                Keesokkan harinya, pada hari Sabtu Pahing 17 Safar 1944 M. pada saat jam 11, anak tertua dari K.H Abdus Syakur menemukan Beliau sudah tidak menghembuskan napas saat ingin melakukan kegiatan bersuci; wudhu. Atas pertimbangan dari keluarga Beliau, para keturunan Beliau memutuskan untuk memakamkan Beliau didalam Masjid Jami’ Baitul Mutaqin, dan makamkan disebelah kiri tempat imam menunaikan ibadah sholat wajib.


          

0 komentar:

Posting Komentar